TPID NTT Bentuk Satgas, KADIN NTT Serukan Pengusaha Daerah Mari Jaga Inflasi Bersama!

TPID NTT Bentuk Satgas, KADIN NTT Serukan Pengusaha Daerah Mari Jaga Inflasi Bersama!

SERGAP.CO.ID

KUPANG, || Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar High Level Meeting (HLM) membahas pengendalian inflasi daerah (TPID) dan percepatan digitalisasi, bertempat di ruang rapat Kantor Gubernur NTT. Pertemuan penting ini dipimpin langsung oleh Gubernur NTT, Melkiades Laka Lena, bersama Wakil Gubernur Johni Asadoma.

Bacaan Lainnya

Hadir dalam rapat tersebut jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) NTT, termasuk Kapolda NTT Daniel Tahi Silitonga, perwakilan Danrem melalui Kasilog, Ketua KADIN NTT Bobby Lianto, Kepala BPS NTT, Kepala OJK, Kanwil Perbendaharaan NTT, serta Agus Sistyo Widjajati dari Bank Indonesia yang turut membawakan materi penting terkait pengendalian inflasi.

Dalam pertemuan tersebut, dihasilkan sejumlah rekomendasi strategis. Salah satunya adalah pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pengendalian Inflasi Daerah yang bertugas memantau dinamika harga di lapangan, khususnya menjelang bulan Ramadan.

Gubernur Melkiades Laka Lena menegaskan pentingnya kolaborasi semua pihak untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan barang pokok selama Ramadan. Ia mengajak semua pihak untuk mengantisipasi potensi spekulasi harga yang sering terjadi di momen-momen krusial.

“Mari kita semua menjaga inflasi di masa-masa Ramadan agar tidak ada pihak-pihak yang memanfaatkan situasi ini,” tegas Gubernur Melki dalam arahannya.

Ketua Umum KADIN NTT, Bobby Lianto, turut menegaskan komitmen KADIN dalam mendukung upaya pengendalian inflasi. Ia memastikan bahwa KADIN akan memantau pergerakan harga dan pasokan barang pokok di wilayah NTT.

“Kami menghimbau kepada seluruh anggota KADIN dan pengusaha di daerah untuk turut bertanggung jawab menjaga inflasi, terutama dalam memastikan ketersediaan bahan pokok yang cenderung meningkat saat hari-hari besar,” ujar Bobby.

Tak hanya itu, Bobby Lianto juga menyampaikan usulan strategis kepada pemerintah, yakni pembangunan pabrik pakan ternak di NTT. Ia menilai, pabrik tersebut akan menjadi solusi jangka panjang untuk mendukung stabilitas harga di sektor peternakan dan meningkatkan perekonomian.

Bobby menjelaskan, NTT memiliki potensi besar dalam menyediakan bahan baku pakan ternak, seperti jagung dan ikan. Jika dimanfaatkan dengan optimal, pabrik pakan ternak akan memberikan dampak positif bagi petani dan peternak lokal.

“Bahan baku pakan seperti jagung dan ikan banyak dihasilkan di NTT. Dengan adanya pabrik pakan ternak, hasil panen petani bisa terserap, sekaligus mendukung stabilitas harga di sektor peternakan,” ungkap Bobby.

Lebih lanjut, Bobby menuturkan bahwa keberadaan pabrik ini dapat menekan biaya produksi peternak. Harga pakan yang lebih terjangkau akan membuat produk-produk seperti ayam, babi, dan ikan bisa bersaing di pasaran.

“Dengan produksi pakan sendiri, harga bisa lebih murah. Peternak akan terbantu, dan tentu saja ini berkontribusi pada pengendalian inflasi di sektor pangan,” imbuhnya.

Peran Digitalisasi dalam Pengendalian Inflasi

Dalam forum tersebut, digitalisasi juga menjadi topik penting yang dibahas. Agus Sistyo Widjajati dari Bank Indonesia memaparkan strategi digitalisasi dalam pengendalian inflasi, termasuk penguatan sistem pemantauan harga berbasis teknologi.

Agus menegaskan pentingnya integrasi data dan penggunaan aplikasi digital untuk memantau stok dan harga barang pokok. Dengan sistem yang terkoneksi, pemerintah dapat mengambil langkah cepat jika terjadi lonjakan harga.

“Digitalisasi sangat penting dalam memantau pergerakan harga secara real-time, sehingga pemerintah bisa cepat merespon jika ada anomali di pasar,” terang Agus.

Menjelang Ramadan, pemerintah berkomitmen melakukan pemantauan harga dan stok barang pokok secara intensif. Satgas yang dibentuk akan bekerja di lapangan untuk memastikan distribusi barang berjalan lancar dan harga tetap terkendali.

“Kami akan melakukan sidak ke pasar-pasar dan distributor agar tidak ada yang menimbun barang atau memainkan harga,” ujar Wakil Gubernur Johni Asadoma.

Selain itu, Johni menegaskan perlunya edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya menjaga konsumsi yang wajar selama Ramadan agar tidak terjadi panic buying yang memicu kelangkaan.

Kolaborasi Semua Pihak Jadi Kunci

Semua pihak, mulai dari pemerintah, pengusaha, hingga masyarakat diharapkan bersinergi untuk menjaga stabilitas ekonomi selama Ramadan. Peran KADIN, asosiasi pengusaha, dan distributor dinilai sangat krusial dalam memastikan pasokan barang tetap aman.

Ketua KADIN NTT, Bobby Lianto, menegaskan siap membangun komunikasi yang intensif dengan para pengusaha agar tidak terjadi gangguan distribusi.

“Kami siap berkoordinasi dan memastikan distribusi berjalan lancar. Jika ada kendala, kami akan segera komunikasikan dengan pemerintah,” ucap Bobby.

Dalam rapat tersebut, Bobby juga menegaskan pentingnya inovasi untuk mengatasi persoalan ketahanan pangan di NTT. Ia menilai, investasi di sektor pakan ternak adalah langkah strategis untuk jangka panjang.

“Ini bukan hanya solusi jangka pendek. Dengan adanya pabrik pakan ternak, kita mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan memberikan nilai tambah bagi petani dan peternak di NTT,” ungkapnya.

Komitmen Pemerintah dalam Mewujudkan NTT Mandiri Pangan

Menanggapi usulan tersebut, Gubernur Melki menyatakan bahwa pemerintah siap membuka ruang bagi investor dan mempermudah regulasi terkait pembangunan pabrik pakan ternak di NTT.

“Kami sangat terbuka dengan ide-ide yang membangun. Pemerintah siap memfasilitasi agar investasi berjalan lancar dan manfaatnya bisa dirasakan masyarakat luas,” kata Melki.

Langkah Nyata Menuju Ketahanan Ekonomi

Dengan dibentuknya Satgas Pengendalian Inflasi dan didorongnya solusi pabrik pakan ternak, NTT kini semakin serius menghadapi tantangan ketahanan ekonomi.

Langkah ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dan dunia usaha dalam menjaga stabilitas harga, khususnya menghadapi momentum Ramadan yang kerap diwarnai fluktuasi harga kebutuhan pokok.

Dengan kolaborasi lintas sektor, NTT diharapkan mampu menekan laju inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. Pemerintah optimis, melalui sinergi yang kuat, NTT bisa menjadi provinsi yang mandiri dalam pangan dan tahan terhadap gejolak harga.

“Mari kita wujudkan NTT yang kuat, mandiri, dan sejahtera. Semua bisa terwujud jika kita bersama-sama menjaga dan membangun daerah ini,” pungkas Gubernur Melki.

(Dessy)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *