KUPANG, || Pemilihan Rektor Universitas Persatuan Guru 1945 Nusa Tenggara Timur (UPG 1945 NTT) tahun 2025 berlangsung dalam suasana meriah, sakral, dan penuh semangat kebersamaan. Tiga calon terbaik putra daerah , Darmanto Kisse, Uly Riwu Kaho, dan David R. E. Selan ,memperebutkan posisi tertinggi dalam kepemimpinan kampus, mengukir sejarah baru dalam dinamika demokrasi akademik di bumi Flobamora.
Sejak pagi, halaman utama kampus diwarnai nuansa budaya khas NTT. Ketiga calon rektor disambut secara adat di gerbang besar kampus, yang hari itu berubah menjadi panggung demokrasi. Ribuan mahasiswa dan dosen berkumpul menyaksikan prosesi penyambutan yang penuh makna. Mereka tidak hanya datang untuk melihat kompetisi intelektual, tetapi juga untuk memberi dukungan terhadap proses pemilihan yang jujur dan transparan.
Ketua Badan Pembina Harian (BPH) PB PGRI, Dr. Sam Haning, SH., MH, didampingi jajaran pengurus BPH dan senat universitas, memimpin langsung prosesi adat. Dalam gestur yang sarat simbol, beliau mengalungi ketiga calon dengan selendang tradisional khas NTT — lambang penghormatan, persatuan, dan penerimaan. Simbol ini menegaskan bahwa ketiganya bukan hanya kandidat, tetapi juga putra terbaik yang dipilih oleh sejarah dan harapan kampus.
Usai pengalungan, Dr. Sam Haning menggandeng ketiga calon berjalan bersama melewati barisan mahasiswa yang membentuk pagar betis.
Sambil melambaikan tangan dan disambut tepuk tangan hangat, ketiganya berjalan dalam semangat persaudaraan. Mahasiswa berdiri di kiri dan kanan jalan menuju aula utama, menampilkan kesatuan emosional dan semangat akademik yang luar biasa.
Keterlibatan mahasiswa secara aktif menjadi ciri khas tersendiri dalam pemilihan kali ini. Bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai bagian integral dari demokrasi kampus. Diskusi terbuka, debat antarcalon, dan forum aspirasi telah digelar selama berminggu-minggu sebelumnya. Kampus menjadi ruang dialog yang sehat, tempat ide dan visi ditawarkan kepada publik akademik.
Dalam sambutannya, Dr. Sam Haning menekankan pentingnya menjunjung nilai adat, demokrasi, dan profesionalisme dalam memilih pemimpin.
“Kita sedang memilih nahkoda baru, bukan hanya untuk memimpin hari ini, tapi untuk menuntun generasi masa depan,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan agar pemilihan ini menjadi teladan demokrasi yang sehat dan bermartabat di dunia pendidikan tinggi.
Masing-masing calon rektor hadir dengan visi yang kuat. Darmanto Kisse membawa gagasan transformasi digital dan peningkatan kualitas riset.
Uly Riwu Kaho menekankan pentingnya kolaborasi nasional dan internasional. Sementara David R. E. Selan menawarkan pendekatan humanis dalam membangun atmosfer akademik yang inklusif dan berprestasi. Ketiganya disorot sebagai figur yang memiliki rekam jejak dan kapasitas yang mumpuni.
Pemilihan ini tidak hanya menjadi ajang politik kampus, tetapi juga perayaan keberagaman pemikiran dan semangat kebersamaan. Tradisi lokal, partisipasi mahasiswa, dan atmosfer demokratis bersatu menciptakan momen bersejarah bagi UPG 1945 NTT.
Siapa pun yang terpilih nantinya, proses ini telah menjadi teladan dalam menumbuhkan budaya akademik yang sehat, terbuka, dan berpijak pada nilai-nilai lokal.
Dengan semangat dan harapan yang tinggi, civitas akademika UPG 1945 NTT menantikan rektor baru yang mampu membawa universitas ini menjadi pusat keunggulan di kawasan timur Indonesia kampus yang bukan hanya membentuk intelektual, tapi juga pemimpin masa depan.
(Desy)