TAMBOLAKA, || Sebagai salah satu pilar demokrasi, media memiliki tanggung jawab untuk memberi pencerahan kepada publik. Hal tersebut disampaikan Ketua Forum Jurnalis Independen Sumba ( FORJIS ) Julius Pira, Kamis (14/11/2024) di Tambolaka.
“Bagi rekan-rekan awak media terlebih yang terhimpun dalam wadah FORJIS agar benar-benar menjaga marwah dan profesionalitas wartawan,” imbaunya.
Hal ini, sebut dia, menjadi kewajiban yang harus dijunjung tinggi setiap insan pers karena sudah harga mati kode etik jurnalistik.
Dalam masa kampanye pilkada saat ini, acapkali ada godaan pihak tertentu untuk memanfaatkan media menyerang lawan politiknya.
Selain memberikan pendidikan politik yang tidak sehat, justru wartawan atau media itu sendiri sudah turut memprovokasi keadaan.
“Tidak ada larangan bagi media untuk memberitakan hal yang sifatnya promosi bagi pasangan calon misalnya, karena ada ruang advertorial,” imbuhnya.
Namun sebaiknya juga media harus memberi ruang yang setimbang kepada seluruh kontestan untuk bisa dikenal publik.
Dengan demikian, media telah menjalankan peran mencerahkan masyarakat untuk bisa memilih pemimpin yang amanah.
“Roh media adalah independensi itu sendiri, sehingga publik tidak kehilangan trust. Jangan sampai nanti ada istilah wartawan paslon A, B, atau C maka lunturlah legitimasi untuk media,” sebut Pemred Menara Sumba ini.
Di tengah situasi politik dengan tensi kian meningkat, peran media sangat vital untuk terus bersuara meneduhkan suasana.
Karena itu, habitat pokok seorang wartawan hanya dua, berada di lapangan saat meliput dan di dapur redaksi.
“Jangan malah bercokol saban waktu di Posko paslon tertentu. Itu bukan wartawan tapi tim sukses yang beritanya cuma dipercaya oleh pendukung satu tim itu, tapi publik justru sangsi,” timpalnya.
Jika sudah demikian maka fungsi kontrol media bersangkutan akan mati karena kehilangan roh independensi.
“Beritakan apa adanya, bukan ada apanya biar publik tercerahkan,” pungkasnya.
(Ss*)