Diduga Akibat Diabaikan RS Permata, Taslani Akhirnya Meninggal Dunia

SERGAP.CO.ID

KABUPATEN CIREBON || Meskipun sering dianggap sebagai satu hal yang lumrah dan sering diabaikan, faktanya sering terjadi kasus dimana administrasi RS yang berbelit menyebabkan dampak buruk. Administrasi yang berbelit bahkan menyebabkan tidak tertolong nya nyawa pasien karena penanganan rumah sakit tertahan terlalu lama oleh berbagai prosedur.

Bacaan Lainnya

Salah satu korban akibat berbelitnya administrasi RS Permata adalah Taslani (78) seorang warga berasal dari Desa Grogol Kecamatan Kapetakan diduga mendapat pelayanan yang tidak baik dari pihak Rumah Sakit Permata Kabupaten Cirebon, hanya karena Kartu BPJS dari Pemerintah Non Aktif.

Karena tidak kunjung mendapat perawatan intensif dari RS Permata, Pasien akhirnya dibawa ke RS Sumber Waras Ciwaringin Kabupaten Cirebon.

Menurut Suyatno perwakilan pihak keluarga menyampaikan, bahwa Setelah beberapa hari dirawat di RS Sumber Waras, kondisi pasien tersebut ternyata ngedrop dan harus dirawat ke Ruangan ICU dan meninggal dunia pada hari Senin kemarin.

“Alasannya yaitu karena Ruang Rawat inap di RS Permata tidak ada ruangan kosong dan terlalu berbelit,” jelas Suyatno saat ditemui di kediamannya, Selasa (27/02/2024).

“Kematian Taslani menimbulkan duka mendalam bagi keluarga, serta bagi saya yang pada waktu itu mendampingi, dan membantu mencari ruang perawatan di rumah sakit,” imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, Taslani (78 tahun) warga Desa Grogol, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, mendapat perlakuan kurang baik ketika berobat ke RS Permata yang berada di Jalan Tuparev, Cirebon.

Pada Jumat (23 Februari 2024), Taslani datang ke RS Permata sekitar pukul 09.30 WIB. Keluhannya, sulit makan dan buang air kecil diduga ada gangguan atau sumbatan.

Diantar keluarga, Taslani masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Permata. Dari IGD, Taslani kemudian disarankan ke Radiologi. Namun, pihak keluarga diminta mendaftar ke IGD.

“Dari pihak keluarga pasien mencoba mendaftar ke IDG dan disuruh menunggu. Dipikir-pikir, belum daftar kok disuruh menunggu. Kami bertanya ke IGD dan memang belum terdaftar. Kami akhirnya melakukan pendaftaran, tapi kamar rawat inap tidak ada yang kosong. Petugas di IGD meminta kami menunggu sampai 2 jam,” beber Suyatno, perwakilan keluarga Taslani.

Saat melakukan pendaftaran, terungkap kartu BPJS Taslani sudah non aktif. Mengingat kondisi pasien termasuk darurat, pihak keluarga meminta untuk rawat inap.

“Kami terus menunggu di IGD dan berharap pasien mendapat penanganan medis. Belum juga Taslani ditangani petugas medis, pihak keluarga diberitahu kalau sampai 2 jam tidak ada kamar yang kosong maka pasien dibolehkan untuk pulang. Lah kan, bisanya dibawa ke rumah sakit itu tujuannya rawat inap mengingat kondisi pasien perlu penanganan serius. Tapi, malah disuruh pulang. Kami menanyakan kok bisa begitu dan dijawab karena prosedurnya seperti itu menurut dokter yang ada di IGD,” cerita Suyatno pada awak media.

Pihak keluarga tetap meminta agar pasien dirawat. Bila kamar belum ada yang kosong, tidak apa-apa untuk sementara di IGD terlebih dahulu agar mendapat penanganan medis.

“Petugas RS Permata menjawab tetap tidak bisa karena prosedurnya seperti itu. Kami akhirnya menyetujui pasien dibawa pulang dengan catatan silahkan dokter yang menangani membuat pernyataan bahwa pasien boleh pulang. Pasien kemudian kami bawa pulang,” jelas Suyatno.

Menurutnya, tujuan keluarga membawa Taslani ke RS agar menjalani rawat inap karena kondisinya butuh penanganan serius.

Diungkapkan, perawat di IGD menyebut pasien akan dirawat tapi menunggu 2 jam lagi. Bila lewat 2 jam tidak ada ruangan rawat inap yang kosong, maka pasien harap dibawa pulang dan dikasih surat rujukan.

Sebagai warga Kabupaten Cirebon, pihaknya menginginkan pelayanan yang terbaik dari rumah sakit dan jangan ada perbedaan antara BPJS pemerintah dengan umum.

“Dengan kejadian ini, kami pihak keluarga akan melaporkan dan membuat Pengaduan masyarakat terkait Pelayanan RS Permata ke Pihak Dinas dinas terkait,” tutup Suyatno.

Perwakilan dari RS Permata, Ilman selaku marketing mempersilahkan wartawan untuk melakukan konfirmasi persoalan tersebut ke pihak manajemen yakni Triyani.

“Saya tidak ada kewenangan untuk menjawab atau memberikan statement, saya hanya ditugaskan ole Ibu Triyani untuk menemui pihak keluarga pasien,” katanya.

Triyani sendiri saat dihubungi melalui aplikasi WhatsApp, menuliskan bahwa di IGD sudah dijelaskan ke pihak keluarga.

“Sepertinya sudah dijelaskan untuk kondisi pasien itu kenapa tidak dirawat kan,” jawab Triyani.

Saat meminta ke Triyani untuk mempertemukan awak media dengan bagian Humas, yang bersangkutan agak keberatan.

“Sementara cukup dengan saya dulu pak, tapi tetap saya sampaikan dulu permintaan ini ke direksi ya pak,” tandas Triyani.

Agus Subekti

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.