JAKARTA, || Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Lisda Hendrajoni, mendorong roadmap (peta jalan) pendidikan nasional bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman.
“Roadmap pendidikan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan zaman, sehingga anak-anak kita bisa mencapai cita-citanya dan sesuai harapan terserap di masyarakat,” ujar Lisda dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi X DPR dengan para mantan Menteri Pendidikan, Muhammad Nuh, Muhadjir Effendy, dan Muhammad Nasir, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (2/7).
Lisda menekankan, kebutuhan akan keahlian seseorang di pasar kerja terus mengalami perubahan sangat cepat. Untuk itu, roadmap pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan.
“Ke depan kita harus bisa menyesuaikan apa yang menjadi kebutuhan di masa yang akan datang. Jadi sekarang ini, kan, perubahan sangat cepat dan tentu pendidikan kita harus menyesuaikan untuk kebutuhan lima tahun, 10 tahun ke depan. “Urainya.
Menurut Lisda, banyak keahlian yang diajarkan di sekolah tidak lagi sesuai dengan kebutuhan di dunia kerja. Ia mencontohkan ketika lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diharapkan langsung bekerja, justru malah menjadi penyumbang pengangguran terbanyak.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, lulusan SMK menyumbang angka pengangguran terbanyak sebesar 9,60 %, diikuti lulusan SMA dengan 7,69 %, lulusan Diploma I/II/III tercatat sebanyak 5,91 %, dan lulusan Diploma IV, S1, S2, S3 sebanyak 5,52 %, serta tamatan SMP tercatat sebanyak 5,41 %.
Legislator dari Dapil Sumatra Barat I (Kabupaten Pesisir Selatan, Solok, Sijunjung, Tanah Datar, Kepulauan Mentawai, Dharmasraya, Solok Selatan, Kota Padang, Kota Solok, Kota Sawahlunto, dan Kota Padangpanjang) ini mendorong pembaruan pembelajaran dan asah keterampilan di sekolah menyesuaikan kebutuhan zaman.
“Perlu ada skill baru yang bisa disesuaikan. Seperti kebutuhan digital, AI (artificial intelligence/kecerdasan buatan), kepemimpinan, emotional intelligence (kecerdasan emosional), creative thinking (berpikir kreatif), data analyst. Ini yang harus dimiliki dan harus disesuaikan. “Tutupnya.
(Wempi H).