Timor Leste Lirik Garam Sabu Raijua: Peluang Baru di Perbatasan

Timor Leste Lirik Garam Sabu Raijua: Peluang Baru di Perbatasan

SERGAP.CO.ID

KUPANG, || Pemerintah Timor Leste mulai melirik garam dari Kabupaten Sabu Raijua sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan garam dalam negeri mereka. Keseriusan ini ditunjukkan dengan surat resmi kepada PT Nataga Raihawu Industri (NRI), perusahaan yang bergerak di sektor garam di Sabu Raijua.

Bacaan Lainnya

Penasehat dan pengarah PT NRI, Marthen Dira Tome, mengungkapkan bahwa surat tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perindustrian Timor Leste, Martins Magno. Selama ini, Timor Leste mengandalkan impor garam dari India. Namun, setelah mengetahui potensi garam Sabu Raijua yang berkualitas dan memiliki jarak tempuh lebih dekat, mereka tertarik menjalin kerja sama.

“Pemerintah Timor Leste telah bersurat secara resmi kepada kami untuk membeli garam dari Sabu Raijua. Mereka tertarik karena selain kualitasnya baik, jaraknya juga lebih dekat dibandingkan dengan India,” ujar Marthen Dira Tome di Kupang, Rabu (12/2/2025).

Sebagai tindak lanjut, perwakilan pemerintah Timor Leste dijadwalkan mengunjungi Sabu Raijua pada akhir Februari 2025. Mereka ingin melihat langsung stok garam yang tersedia serta tambak yang sedang dikelola PT NRI.

“Tanggal 23 Februari 2025, mereka akan datang ke Sabu Raijua untuk meninjau langsung tambak garam dan ketersediaan stok. Ini langkah maju tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi perekonomian Sabu Raijua,” kata Marthen.

Selain membeli garam, pemerintah Timor Leste juga meminta PT NRI mendampingi mereka dalam pengembangan tambak garam di negara tersebut. Mereka sebelumnya telah mencoba membangun tambak, tetapi gagal karena berbagai kendala teknis.

“Mereka meminta kami untuk mendampingi mereka dalam membangun tambak garam di Timor Leste. Mereka ingin belajar dari pengalaman kami,” tambahnya.

Sementara itu, PT NRI tengah berupaya agar perusahaan dapat berdiri secara mandiri tanpa bergantung pada pihak lain. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah kebijakan pembayaran gaji karyawan dalam bentuk garam sebagai alternatif selain uang tunai.

“Gaji karyawan yang seharusnya Rp1,25 juta per bulan dibayarkan Rp300 ribu dalam bentuk tunai, sisanya dalam bentuk garam. Ketika garam terjual, sisa gaji akan dibayarkan,” jelas Marthen.

Kebijakan ini sempat menuai kritik, tetapi Marthen menegaskan bahwa langkah ini diambil untuk menjaga stabilitas perusahaan di tengah tantangan finansial. Ia meminta karyawan tetap bekerja dengan tenang tanpa terpengaruh isu negatif.

“Kita tidak memotong gaji, hanya mengatur cash flow agar perusahaan tetap sehat. Begitu garam terjual, gaji akan dibayarkan penuh,” tegasnya.

Marthen menjelaskan, salah satu penyebab tersendatnya cash flow perusahaan adalah terhentinya produksi garam Sabu Raijua sejak 2017. Akibatnya, para pengusaha di Pulau Jawa yang dulu menjadi pelanggan setia beralih ke daerah lain.

“Dulu garam kita laku keras. Tapi sejak 2017, saat saya tersandung kasus hukum, produksi berhenti. Akibatnya, pengusaha mencari pasokan dari tempat lain,” ungkapnya.

Saat ini, PT NRI berusaha membangun kembali kepercayaan pengusaha dengan memastikan ketersediaan stok. Jika seluruh stok yang ada terjual, perusahaan akan kembali stabil dan mampu membayar gaji karyawan secara penuh.

“Kita bukan tidak punya pembeli, tapi mereka ragu karena sempat kehabisan stok. Jika garam ini laku, kita bisa membayar gaji hingga dua tahun ke depan dan memperluas tambak,” katanya.

Optimisme semakin meningkat dengan kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang berencana menghentikan impor garam konsumsi mulai 2025. Kebijakan ini diharapkan memberi peluang besar bagi produsen garam lokal seperti Sabu Raijua.

“Kementerian KKP telah menetapkan Sabu Raijua sebagai model pembangunan tambak garam nasional. Kami juga telah diundang dalam rapat terkait kebijakan penghentian impor garam,” ungkap Marthen.

Bagi Marthen, tambak garam bukan sekadar bisnis, tetapi juga bagian dari pengabdian kepada tanah kelahirannya. Dengan semakin luasnya tambak garam, semakin banyak pula lapangan kerja yang terbuka bagi masyarakat setempat.

“Saat ini, tambak garam di Sabu Raijua telah memberi pekerjaan kepada 450 orang. Jika produksi meningkat, lebih banyak lagi yang bisa bekerja, termasuk buruh bagasi, sopir, dan pedagang kecil,” jelasnya.

Selain gaji, pekerja tambak garam juga mendapatkan manfaat lain, seperti jaminan BPJS Ketenagakerjaan. Jika sakit atau mengalami kecelakaan kerja, mereka bisa mendapatkan perawatan gratis.

“Kalau pekerja kecelakaan, BPJS yang menanggung. Kalau meninggal, ada santunan Rp42 juta dan beasiswa untuk dua anak sampai kuliah,” tambahnya.

Marthen berharap, dengan adanya peluang dari Timor Leste dan kebijakan pemerintah yang berpihak pada petambak garam, industri garam di Sabu Raijua bisa bangkit kembali dan menjadi tulang punggung ekonomi daerah.

“Kita optimistis bahwa dengan kerja keras, garam Sabu Raijua akan kembali menjadi primadona, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,” pungkasnya.

(Dessy*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.