PALEMBANG, || Kota Palembang menyaksikan sebuah tonggak sejarah dalam pengelolaan lingkungan hidup dengan peluncuran program inovatif “Republik Sampah,” sebuah inisiatif kolaboratif antara Pengurus Kota Jaringan Kebudayaan Rakyat (PK JAKER) Palembang dan Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Lingkungan Hidup. Acara peluncuran yang berlangsung di Taman Kotaku, RT.07, Kelurahan 15 Ulu, Kecamatan Jakabaring, bukan sekadar seremonial, melainkan manifestasi komitmen nyata dalam mengatasi permasalahan sampah yang kompleks dan berkelanjutan.
Inisiatif ini, yang digagas oleh PK JAKER Palembang di bawah kepemimpinan Eka Subakti, SE, berangkat dari analisis mendalam terhadap realitas lingkungan perkotaan. Penumpukan sampah di bantaran Sungai Ogan dan Sungai Musi, yang selama ini menjadi permasalahan kronis, menjadi katalisator lahirnya “Republik Sampah.” Program ini tidak sekadar menawarkan solusi teknis, melainkan juga sebuah paradigma baru dalam pengelolaan sampah yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
Jaringan relawan yang tersebar di 107 kelurahan menjadi tulang punggung program ini, menunjukkan komitmen untuk membangun kesadaran lingkungan dari akar rumput. Namun, Subakti secara bijak mengakui keterbatasan kapasitas PK JAKER dan menekankan pentingnya sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk komunitas peduli lingkungan, untuk mencapai dampak yang maksimal dan berkelanjutan.
Andika Martadinata, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3) DLH Kota Palembang, memberikan perspektif yang penting dengan menekankan aspek ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah. DLH mendorong pembentukan kelompok masyarakat berbasis Bank Sampah, sebuah strategi yang tidak hanya membersihkan lingkungan, tetapi juga memberdayakan masyarakat secara ekonomi. Program ini, yang akan diimplementasikan di seluruh kelurahan, menawarkan insentif finansial bagi partisipasi aktif masyarakat, mengubah sampah dari beban menjadi aset bernilai ekonomi. Jumat 20/12/2024.
Langkah strategis selanjutnya adalah pengembangan area budidaya pertanian dan perikanan di lokasi yang sebelumnya menjadi tempat pembuangan sampah. Inisiatif ini, yang diwujudkan melalui peninjauan lokasi pasca-peluncuran, merupakan pendekatan holistik yang mengintegrasikan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial. Dengan menyediakan alternatif pemanfaatan lahan yang produktif, program ini secara efektif mengurangi kebiasaan membuang sampah sembarangan dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan lestari.
Iwan Syafriawan, Sekretaris PK JAKER Palembang, menambahkan bahwa hasil budidaya masyarakat, seperti lele, nila, cabai, dan tomat, diharapkan dapat berkontribusi pada program “Makan Bergizi” kota Palembang. Hal ini menunjukkan visi yang komprehensif, yang menghubungkan pengelolaan sampah dengan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.
Program “Republik Sampah” sejalan dengan visi nasional JAKER yang menekankan pada literasi, ekonomi, dan pemberdayaan komunitas. JAKER, melalui program ini, membuktikan bahwa komitmen terhadap lingkungan hidup tidak hanya terbatas pada seni dan budaya, tetapi juga mencakup partisipasi aktif dalam pembangunan berkelanjutan. Filosofi “Setiap orang adalah seniman, dan setiap tempat adalah panggung” terwujud dalam aksi nyata yang mengubah sampah dari masalah menjadi peluang untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik.
(Tim)