Proyek Hippa Desa Metesih Jawab Kebutuhan Irigasi Petani

SERGAP.CO.ID

MADIUN – Otoritas Desa Metesih, Kecamatan Jiwan, Madiun, Jawa Timur, berupaya memastikan tercukupinya kebutuhan irigasi bagi ribuan petaninya.

Saat ini, melalui proyek Hippa (Himpunan Petani Pemakai Air), pihaknya membangun proyek fisik berupa saluran tersier menuju titik area persawahan.

Proyek yang bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) itu dikerjakan mulai 16 hari lalu, dengan model swakelola menelan dana sebesar Rp. 195 juta bersumber dari APBN.

Hal itu disampaikan Kepala Desa Metesih, Paijo, kepada jurnalis di pendopo desa setempat, Kamis (3/10/2024). Dikatakannya, proyek tersebut dikerjakan dengan tempo 1,5 bulan kalender kerja.

Lebih lanjut Paijo, sesuai perencanaan saluran tersier yang ditangani 18 pekerja lokal itu akan membelah sawah sepanjang 650 meter. Diharapkan sanggup menyuplai kebutuhan air persawahan petani seluas 139 hektar.

“Kebutuhan air bagi petani itu mutlak. Jadi, dengan proyek saluran irigasi ini, diharapkan persoalan air untuk kebutuhan pertaniannya tidak menjadikan problematika para petani,” kata Paijo.

Dengan begitu, sambungnya, produktivitas pertanian diharapkan dapat meningkat dibanding dengan masa sebelumnya. Dimana para petani, jika musim kemarau, tak lepas menyambung dengan mesin pompa air untuk memenuhi kebutuhan airnya.

Kecuali itu, harap Paijo, kualitas hasil pertanian barang tentu diupayakan lebih bagus, hingga memiliki nilai jual gabah yang menyenangkan. Jika harga gabah bagus karena gabah berkualitas, terusnya, maka kesejahteraan para petani tentu meningkat.

Terkait pengerjaan proyek, perkiraan Paijo, saat ini sudah rampung dikerjakan kurang lebih 40%. Diharapkan pembangunan proyek irigasi itu, secara total dapat dirampungkan sesuai jadwalnya.

“Jika semuanya sudah rampung total, tentu persoalan irigasi tidak akan menemui hambatan. Artinya, air akan mengalir secara lancar menuju sasaran, yakni tanaman para petani,” pandangan Paijo.

Proyek irigasi sepanjang 650 meter yang sedang dikerjakan itu, menurutnya, nantinya memiliki pintu air yang fleksibel buka tutup. Itu dimaksudkan jika musim penghujan, air dapat dibuang dan tidak menggenangi persawahan.

Diakui Paijo, meski persoalan irigasi di wilayahnya belum tertunjang semuanya, namun secara bertahap, sambil menunggu pendanaan, pihaknya bertekad memenuhi harapan para petani.

(Fn)

Pos terkait

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.