Islam Menjadikan Perempuan Mulia

Islam Menjadikan Perempuan Mulia

Oleh : Ummu Fahhala

(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)

SERGAP.CO.ID

ARTIKEL, || Kesenjangan gender atau budaya patriarki selalu dijadikan penyebab masalah perempuan oleh para aktivis perempuan, terutama di negara yang mayoritasnya muslim seperti Indonesia khususnya Jawa Barat. Mereka melihat kurangnya akses, partisipasi, manfaat, dan kontrol dari perempuan dalam bidang ekonomi, politik, atau pendidikan, katanya akibat adanya kesenjangan gender dan perlu kesetaraan gender sebagai solusi yang mereka tawarkan.

Bahkan peneliti Pusat Riset Gender dan Anak Unpad, Antik Bintari mengatakan bahwa kesetaraan gender di Jawa Barat masih belum tercapai. Soal peraturan daerah yang kini masih belum dimiliki Pemerintah Provinsi Jawa Barat dianggap pekerjaan rumah (PR) yang masih belum selesai. Menurutnya, untuk mencapai kesetaraan gender yang maksimal harus ada peraturan daerah khusus untuk bisa melibatan banyak stakeholder, seperti dilansir jabar.idntimes.com, Sabtu (4/5/2024).

Kapitalisme sekuler Mermarginalkan Perempuan

Apa yang disebut-sebut sebagai problem perempuan saat ini, sejatinya merupakan problem masyarakat secara keseluruhan, tidak hanya menimpa perempuan semata bahkan laki-laki. Itu merupakan akibat penerapan sistem hidup sekuler kapitalisme yang rusak dan merusak. Tidak ada hubungannya dengan ada atau tidak adanya keterwakilan perempuan di ranah publik, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, politik, dan sebagainya.

Diantara dampak dari penerapan sistem ekonomi yang eksploitatif dan pro oligarki adalah masalah kemiskinan, para oligarki menyetir para politisi untuk mengegolkan dan menerapkan UU yang pro kepentingan mereka dengan kekuatan uangnya, Contohnya, kita lihat UU Omnibus Law, UU Minerba, UU SDA, dan sebagainya, telah menjadi legitimasi para oligarki untuk menguasai aset ekonomi milik rakyat yang melimpah ruah, sehingga negara tidak mempunyai modal menyejahterakan rakyatnya, baik laki-laki maupun perempuan.

Islam Menjadikan Perempuan Mulia

Contoh lainnya adalah masalah kebodohan, ketakadilan, kekerasan, marginalisasi, eksploitasi dan sebagainya, menjadi problem rakyat secara keseluruhan. Semuanya merupakan akibat penerapan UU yang lahir dari paradigma sekuler kapitalisme neoliberal. Para politisi yang masuk dalam sistem ini—laki-laki maupun perempuan—kerap melahirkan aturan yang tak mampu memberi solusi problem hingga ke akar, bahkan melahirkan tambahan persoalan bagi rakyat, laki-laki maupun perempuan.

Kembali Ke Islam

Semestinya para aktivis perempuan itu menyadari bahwa kemuliaan mereka hanya ada pada sistem Islam, bukan pada penerapan sistem sekuler kapitalisme neoliberal yang tetap eksis sampai sekarang dan umurnya terus mereka perpanjang. Mereka tidak perlu bersusah payah berjuang menuntut representasi di ranah publik hanya demi bisa setara.  Justru masalahnya terletak pada paradigma penguasa dan sistem yang mereka terapkan.

Bukankah telah terbukti bahwa kebijakan zalim justru keluar juga dari para politisi dan pemimpin perempuan, yang secara nyata menyusahkan kehidupan para ibu atau kaum perempuan?  karena pemikiran mereka dalam mengambil kebijakan bukanlah fitrah keperempuanan, melainkan paradigma yang bercokol dalam benak dan berkelindan dengan berbagai kepentingan individu atau golongannya.

Sungguh, hanya sistem Islam yang mampu menempatkan laki-laki dan perempuan dengan sangat proporsional sesuai tujuan penciptaannya. Tidak ada pihak yang ditonjolkan satu dari yang lainnya, melainkan semata-mata karena ketakwaan. Jika aturan-aturan Islam yang sempurna diterapkan, maka akan menjamin kesejahteraan secara keseluruhan.

Islam datang sebagai solusi permasalahan manusia secara keseluruhan, bukan hanya laki-laki atau perempuan. Terkadang ada aturan yang berbeda di antara laki-laki dan perempuan, tapi semuanya didasarkan pada kesesuaiannya dengan fitrah penciptaan dan meraih kemaslahatan bersama, bukan karena Islam mendiskriminasi satu atas lainnya.

Dengan pengaturan politik ekonomi Islam, negara akan memastikan kesejahteraan menjadi hak setiap individu rakyat, laki-laki maupun perempuan. Penerapan sistem pergaulan dan sanksi dalam Islam pun akan memastikan setiap rakyat mendapatkan jaminan keamanan dan kemuliaan. Begitu pun dengan hukum-hukum lainnya.

Islam tidak mendiskriminasi dan menyubordinasi kaum perempuan. Laki-laki dan perempuan bahkan diperintahkan untuk saling bekerja sama dalam meraih tujuan masyarakat secara keseluruhan secara optimal, sesuai peran dan fungsi yang Allah Swt berikan. Hal ini didasarkan

firman Allah Swt. dalam QS At-Taubah: 71.

Khatimah

Peradaban Islam telah tegak dalam sejarah yang gemilang selama belasan abad. Tidak pernah terjadi ketakadilan atau kezaliman yang menimpa kaum perempuan, meski laki-laki mendapatkan hak memegang kekuasaan.

Sungguh, Islam sangat memuliakan perempuan. Seperti, kisah pengusiran entitas Bani Qainuqa’ oleh Rasulullah Saw dan penaklukan Suku Ammuria oleh pasukan Mu’tashim Billah hanyalah sedikit bukti perhatian Islam terhadap posisi perempuan.

Oleh : Ummu Fahhala

(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)

Pos terkait

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.