Pendidikan Islam Menghilangkan Bullying

Oleh : Ummu Fahhala, S.Pd.
(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi
)

ARTIKEL, || Prihatin, fenomena bullying di dunia pendidikan terus terjadi, korban pun banyak yang terganggu dari segi fisik maupun psikis dan tidak ada efek jera bagi para pelaku. Semua pihak, termasuk Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin sangat mengharapkan anak-anak bisa belajar nyaman tanpa perundungan. Hal itu bahkan menjadi tema peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2024 yang diselenggarakan di Provinsi Jawa Barat (Jabar).

Komitmennya untuk menghentikan perundungan dan melanjutkan Merdeka Belajar. Bey Machmudin mengungkapkan bahwa saat ini era globalisasi serba cepat, untuk mengasah kreativitas dan daya tahan dalam merespons perkembangan zaman, anak-anak membutuhkan soft skill yang lebih bervariatif. (liputan6.com, 03/05/2024)

Buah Penerapan Sistem Kapitalisme Sekulerisme

Hampir setiap pergantian menteri pendidikan, berganti pula kurikulum pendidikan. Kurikulum Merdeka yang ditargetkan akan disahkan menjadi kurikulum nasional, mampukah memberantas bullying?

Faktanya, Kurikulum Merdeka dikembangkan dan diterapkan saat ini, melalui program peningkatan skor literasi dan numerasi siswa, ditunjukkan untuk meningkatkan nilai PISA. Tapi itu semua seputar ketercapaian target yang bersifat materi, yang luput dari perhatian utama pemerintah ialah seberapa efektif kurikulum ini menjawab persoalan problematik pendidikan, terutama terkait aspek pembinaan agama dan mental. Inilah buah penerapan sistem kapitalisme sekulerisme yang menjadikan kurikulum pendidikan jauh dari agama.

Apalagi faktanya hari ini, kapitalisme sekulerisme memunculkan banyak potret buram dalam pendidikan, baik guru maupun siswa yang melakukan berbagai kemaksiatan dan kejahatan serta pelanggaraan hukum. Akibatnya mereka semakin terjauhkan dari karakter dan akhlak mulia. Diantaranya kasus bullying pada remaja yang diinjak-injak, siswa SD ditelanjangi dan ditendang (tribunnews.com, 08/03/2024) dan masih banyak lagi potret buram pendidikan lainnya yang seolah-olah tak pernah tuntas.

Kapitalisme sekuler menjadikan anak didik dan guru, tidak paham dengan ajaran agamanya. Mereka akan memenuhi keinginannya dengan cara apapun, termasuk tindak kekerasan. Sistem ini akhirnya melahirkan berbagai ide kebebasan, diantaranya dalam beragama atau berakidah dan bertingkah laku.

Kebebasan berakidah membuat mereka merasa bebas dalam beragama atau tidak beragama sekalipun. Kebebasan bertingkah laku juga melahirkan generasi yang serba boleh (permisif).

Kurikulum Pendidikan Islam

Dalam Islam, negara memiliki kewajiban menjamin pendidikan rakyatnya, baik muslim atau non muslim secara gratis dan berkualitas. Tujuan kurikulum pendidikan Islam adalah membangun generasi muslim yang berkepribadian Islam dengan menjadikan Islam sebagai standar berperilaku. Serta menjadikan generasi memiliki keahlian di setiap aspek kehidupan, baik ilmu-ilmu keislaman maupun sains teknologi.

Akidah islam yang dijadikan asas kurikulum telah mampu melahirkan generasi cerdas dan beradab. Hal ini telah ditorehkan dalam tinta emas sejarah penerapan Islam, khususnya pada zaman Khalifah Abasiyah. Bahkan cendekiawan barat pun mengakuinya.

Bukti Kegemilangan

Dari sarana dan prasaran penunjang pendidikan, banyak sekolah dan perguruan tinggi didirikan bahkan menjadi trendsetter dunia pada saat itu, diantaranya Al-Azhar (975 M—sekarang) di Mesir, Nizhamiyah (1067—1401 M) di Baghdad, dan sebagainya.

Perpustakaan juga banyak dibangun. Di Andalusia ada 400 ribu buku. Perpustakaan Al-Hakim (Andalusia) mempunyai 40 ruangan yang setiap ruangan tersebut berisi lebih dari 18 ribu judul buku. Sedangkan di Perpustakaan Umum Tripoli (Syam) ada lebih dari tiga juta judul buku.

Begitu pun dengan output pendidikan yang berkualitas dihasilkan, tidak hanya cerdas akalnya, kuat imannya, tinggi akhlaknya tapi juga ahli dalam IPTEK, seperti para ilmuwan muslim, Ibnu Sina, Jabir Ibn Haiyan, Al-Khawarizmi, Al-Kindi, Al-Dinawar, dan sebagainya.

(**)

Pos terkait

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.