SERGAP.CO.ID
KOTA CIMAHI, || Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3P2KB) Kota Cimahi, gencar melakukan penangan masalah stunting di Kota Cimahi, dengan melakukan pendampingan kepada setiap orang tua.
Pendampingan dilakukan pemantauan kepada setiap masyarakat Kota Cimahi bagaimana tumbuh kembangnya status stunting tersebut, menurun atau meningkat.
Kepala DP3P2KB Kota Cimahi, Fitriani Manan menjelaskan, saat ini pihaknya telah memiliki tim pendamping keluarga untuk penanganan stunting pada masyarakat.
“Kota Cimahi terus gencar mempercepat upaya mengurangi kasus stunting, bertujuan memastikan tumbuh kembang generasi yang tangguh dan sehat bagi masa depan,” ucap Fitriani Manan yang akrab dipanggil Fitri, Kamis ( 2/11/2023).
Pendampingan pada calon orang tua, dilakukan oleh DP3P2KB Kota Cimahi dengan tim pendamping keluarga. Sebanyak 438 tim yang terdiri dari 3 orang dalam satu tim.
“Memang kita punya tim pendamping keluarga, di Cimahi yang sudah kita latih ada 438 tim, dimana satu tim terdiri dari 3 orang. Ada tenaga kesehatan, tim penggerak PKK, dan kader IMP. Jadi masing-masing keluarga didampingi, dan bila ditemukan keluarga yang harus dirujuk nanti mereka lapor ke puskesmas untuk diberikan makanan tambahan,” ujar Fitri.
Pendampingan tersebut dilakukan karena pihak dari DP3P2KB memantau bagaiman pola asuh orang tua yang memiliki peran penting, untuk membentuk pola pikir orang tua dalam cara merawat anak.
“Dengan nama internalisasi 1.000 hari pertama kehidupan. Karena kita anggap, itu adalah golden periode untuk melakukan intervensi dari mulai ibu hamil, hal itu agar para ibu hamil dalam pemeriksaan kehamilan minimal 6 kali, oleh dokter ahli. Dan bagaimana perhatian asupan gizinya pada anak untuk pertumbuhan otak dan fisik yang maksimal,” ungkap Fitri.
Disamping itu, terkait masalah faktor lingkungan lanjut Fitri, yang memiliki peranan yang besar pada stunting.
“Bahwa pengaruh lingkungan dan perilaku itu sangat memegang peranan yang besar, termasuk perilaku dalam masalah pola asuh orang tua terhadap anaknya,” jelas Fitri.
Bahkan kata Fitri kembali, tidak hanya orang miskin yang bisa stunting, bahkan untuk orang yang berpenghasilan besar pun dapat juga akan berpotensi terkena stunting.
“Jadi pola asuh orang tua yang seadanya bisa berpotensi stunting pada anak,” imbuh Dia.
Ditambahkan oleh Fitri, bahwa ada empat faktor dari wanita hamil, seperti ibu hamil diatas 35 tahun, ibu hamil dibawah 20 tahun, terlalu sering atau jarak persalinan kurang dari dua tahun, dan jumlah anak yang lebih dari tiga masuk dalam keluarga beresiko stunting.
“Keluarga yang beresiko stunting adalah keluarga yang memiliki calon pengantin, ibu hamil atau ibu bersalin yang mempunyai baduta (bawah dua tahun) atau balita yang berasal dari keluarga kurang mampu dengan sanitasi yang buruk, sarana air minum yang tidak layak, pengetahuan orang tua yang rendah,” tandasnya.
(Dewy)