NTB || Peluang dan kesempatan menjadi abdi negara di Korps Bhayangkara, bukan semata milik warga Kota saja, pun sama sekali tidak terstigma pemilik uang saja.
Sebab pastinya, Polri sangat berkomitmen dan memastikan, semua anak bangsa warga Negara Indonesia, memilki hal dan kesempatan yang sama menjadi bagian dari anggota Polri.
Apakah warga di pulau terluar yang terbentang di Nusantara, termasuk pulau terluar cakupan Polda NTB juga boleh menjadi anggota Polri ?
Bripda M Furkan, adalah sketsa remaja asal Desa Bajo Pulau Kecamatan Sape Kabupaten Bima yang masuk wilayah hukum Polres Bima Kota Polda NTB, sebagai sketsa atau contoh fakta, siapapun warga negara Indonesia, berhak dan memilki kesempatan yang sama menjadi anggota Polri dan telah mengabdi menjadi Bintara Remaja (Baja) Polres Bima Kota Polda NTB.
Begitu jawaban gamblang disampaikan Kapolda NTB melalui Karo SDM Polda NTB Kombes Pol Boro Windu Danandito, saat meninjau Bajo Pulo, Sabtu (8/5) siang.
Saat meninjau pulau terluar yang masuk wilayah hukum Polda NTB itu, Bajo Pulo Kecamatan Sape Kabupaten Bima, Boro Windu, begitu kagum dengan pulau terluar ini.
“Begitu berlimpah sumber daya lautnya dengan warga yang ramah dan tiang gembira,”kata Karo SDM Polda NTB ini.
Kesempatan untuk menjadi anggota Polri tentunya kata Boro Windu, tidak hanya untuk masyarakat wilayah Kota saja, namun juga untuk pemuda dan pemudi di Pulau terluar yaitu di Bajo Pulau Kecamatan Sape Kabupaten Bima dimana Penerimaan Polri ini dengan berprinsip bersih, transparan, akuntabel, dan humanis (Betah).
Kehadiran dirinya dan jajaran Biro SDM Polda NTB yang di back up Polres Bima Kota di Bajo Pulo, sebut Boro Windu, dalam rangka mensosialisasikan rekrutmen anggota Polri yang terbuka untuk umum, termasuk bagi putra-putri Bajo Pulo sebagai pulau terluar yang ada di wilayah hukum Polda NTB.
Sekilas tentang Bajo Pulo. Bajo Pulo merupakan pulau yang berlokasi di sebelah timur Bima, tepatnya di wilayah Kecamatan Sape Kabupaten Bima.
Pulau yang masuk dalam daerah administrasi Kecamatan Sape Kabupaten Bima ini, jika kita ingin berkunjung ke sana, dari Pelabuhan Sape, menumpang perahu motor. Sekitar setengah jam atau satu jam lamanya, kalau gelombang agak tidak bersahabat, sampailah di Bajo Pulo.
Dari sisi keseharian warga Bajo Pulo, mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan dan menggantung hidup dari hasil laut.
Warga Bajo Pulo, dari cerita masyarakat, merupakan warga pendatang dari Sulawesi tepatnya merupakan warga asli Bugis yang mencari ikan dan menjadikan Bajo Pulo sebagai daerah persinggahan atau beristirahat sejenak.
Seiring perkembangan zaman, akhirnya mereka menetap dan beranak pinang hingga berbaur menjadi satu kesatuan dengan warga Bima, bahkan tidak sedikit yang berjodoh dengan warga asli Bima (Sape).
Menuntut ilmu au bersekolah, dari zaman ke zaman, bukankah menjadi prioritas bagi warga Bajo Pulo. Sebab turun temurun membudaya, anak dan generasi penerus, harus ikut orang tua dan memiliki skill menjadi nelayan tangguh.
Namun, perkembangan zaman, telah menggeser paradigma dan pemahaman mereka. Berapa sekolah dan berilmu merupakan modal dalam meniti hidup dan kehidupan yang lebih baik.
Faktanya, beberapa SDN dan SMP sebagai tempat sekolah dan menimba ilmu, menjadi spirit baru bagi warga Bajo Pulo.
Contoh dari perubahan budaya dan pemahaman itu, lahirnya M Furkan yang kini telah berseragam polisi. Dia bukan saja membanggakan Abdul Haris dan Fatimah Tunjuhrah, sebagai orang tuanya. Lebih dari itu telah melukis sejarah warga Bajo Pulo sebagai warga yang mendiami pulau terluar, menjadi anggota Korps Bhayangkara.
(DM**)