SERGAP.CO.ID
BANDUNG, || Perubahan pada dasarnya sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan peradaban manusia. Perubahan yang diharapkan terjadi bukannya sesuatu yang “berbeda” saja, namun lebih dari pada itu, yaitu perubahan ke arah yang lebih baik untuk memuliakan manusia dan memberikan manfaat bagi umat manusia. Terdapat empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan seseorang dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni individu, keluarga (family), masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
Perubahan yang terjadi juga dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi serta berbagai kepentingan dari banyak pihak sesuai dengan kepentingannya masing – masing. Tak terkecuali masuknya kepentingan global ke dalam negeri, baik dalam aspek pertahanan, keamanan, hukum, politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Hal tersebut baik secara langsung ataupun tidak, tentu akan berpengaruh pada keamanan nasional yang tentu saja menuntut kewaspadaan dan kecermatan dalam menganalisis berbagai implikasinya. Untuk tentu dipandang perlu mengenal dan memahami secara kritis terkait dengan isu-isu kritikal yang terjadi saat ini, seperti bahaya paham radikalisme/ terorisme, bahaya narkoba, cyber crime, money laundry, korupsi, proxy war, dan sebagainya.
“ Termasuk kecermatan dalam mengikuti situasi global, misalnya dampak perang Rusia vs Ukraina yang didukung AS dan NATO, memanasnya situasi Laut China Selatan khususnya dalam relasi China – Taiwan, permasalahan Palestina – Israel yang terus bergejolak, dan yang lainnya. Variabel – variabel yang berkembang sifatnya sangat dinamis dan tetntu harus diantisipasi terhadap segala kemungkinan yang bisa mengganggu kepentingan nasional “, ujar Pemerhati Pertahanan Dede Farhan Aulawi di Bandung, Senin (20/6).
Hal tersebut ia sampaikan setelah sebelumnya menyampaikan paparan Analisis Perubahan Lingkungan Strategis (Lokal, Nasional, Regional, Internasional) dan Implikasinya Bagi Indonesia di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta. Dede Farhan Aulawi selama ini memang dikenal sebagai analis di bidang pertahanan dan keamanan yang sering dimintai pendapat, analisis dan sarannya untuk kepentingan bangsa dan negara. Totalitasnya dalam memberikan pengabdian dimanifestasikan dengan penguatan SDM dan peningkatan kemampuan personil melalui banyak program pelatihan atau seminar maupun diskusi – diskusi panel.
Menurut pandangannya penguatan SDM melalui pemenuhan kompetensi yang harus dimilikinya sangat penting sekali, karena human capital merupakan modal utama dalam perumusan setiap kebijakan pertahanan akan tercermin dalam bentuk kekuatan pengetahuan, kreativitas gagasan (ide), kecakapan dan keterampilan, serta produktivitas pengabdian tanpa batas.
Kemudian Dede juga menjelaskan terkait dengan lingkungan strategis situasi internal dan eksternal negara baik yang statis (trigatra) maupun dinamis (pancagatra) yang mempengaruhi pencapaian tujuan nasional. Aspek Trigatra merupakan aspek yang bersifat alamiah dan given, yaitu posisi dan lokasi geografi negara, keadaan dan kekayaan alam, keadaan dan kemampuan penduduk. Sedangkan aspek Pancagatra merupakan aspek yang termasuk dalam dimensi sosial kemasyarakatan yang lebih dikenal dengan istilah Ipoleksosbudhankam, yaitu Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Pertahanan Keamanan.
Lebih lanjut ia juga menambahkan, bahwa interaksi negara-negara besar tidak lagi bersandar pada pertarungan ideologis. Pertarungan lebih bergeser kearah perebutan atas akses ekonomi dan sumber-sumber daya lainnya. Kepentingan negara-negara besar lebih diorientasikan dalam menjaga stabilitas ekonomi yang ditopang dengan kekuatan politik dan militer. Oleh karenanya konflik-konflik yang terjadi di tataran internasional lebih kepada konflik yang berdimensi ekonomi, seperti konflik perebutan sumber daya alam ataupun konflik yang dilandasi upaya mengamankan jalur transportasi perdagangan internasional, khususnya jalur laut perdagangan internasional.
“ Di samping itu jangan dilupakan juga hal – hal yang terkait dengan nalar berfikir publik yang semakin kritis. Jika dulu masyarakat menerima informasi dari pintu yang terbatas, saat ini pintu – pintu informasi terbuka sangat luas bahkan hampir tanpa batas. Hal ini ditandai dengan merebaknya penggunaan sumber informasi di media sosial yang terkadang bisa berdampak negatif terhadap situasi keamanan nasional. Untuk itulah kemampuan dalam mengelola isu kritikal menjadi sangat penting, baik yang bersifat Isu saat ini (current issue), Isu yang berkembang (emerging issue), dan Isu potensial. Disinilah peran dan fungsi intelijen sangat diharapkan dalam menciptakan iklim yang kondusif, sejak operasi yang bersifat cegah dini dan diteksi dini, penyelidikan, pengamanan sampai penggalangan “, pungkas Dede.
(Depe)