SERGAP.CO.ID,
CIAMIS, – Shalat Sunat Istisqa dilaksanakan oleh seluruh elemen masyarakat sekitar kota Ciamis. Nampak Bupati Ciamis Dr. H. Herdiat Sunarya, Wakil Bupati Ciamis Yana D Putra, Dandin 0613 Ciamis, Kabag Ren Polres Ciamis dan Unsur FORKOPIMDA Kabupaten Ciamis lainnya, Anggota Legislatif, ASN, TNI, POLRI, pelajar, karyawan dan berbagai profesi lainnya duduk bersimpuh bersama seraya memanjatkan do’a dengan khusyuk kepada Allah SWT. Bertindak sebagai Imam yaitu KH. Drs. Tatang Yusuf Sidiq. Rabu (18/9) bertempat di halaman Masjid Agung Kabupaten Ciamis,
Diawal kegiatan dalam penjelasan sebelum Shalat dijelaskan bahwa makna Shalat Istisqa yang dilaksanakan pagi itu selain sebuah bentuk sujud memohon ridho Allah SWT agar diturunkan hujan, juga sebagai perekat silaturahim dan memupuk jiwa keagamaan untuk memantapkan kehidupan masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Selanjutnya Khotib Dr. H. Aip Mafthuh pagi itu dalam khutbahnya menyampaikan bahwa “Umat manusia, hewan dan tumbuhan senantiasa membutuhkan air untuk kelangsungan hidup, untuk tumbuh dan berkembang biak sepanjang jaman, tanah dan bebatuan menunggu datangnya air serta hujan untuk mengaktifkan zat yang dikandungnya agar dapat menyangga kehidupan bagi makhluk hidup flora dan fauna sesuai dengan kodratnya.
“Wahai hamba Allah, air adalah anugerah dari Allah, air adalah sumber daya primer yang menjadikan kehidupan berdenyut, air adalah rahmat universal dan hujan merupakan mekanisme alamiah yang diatur Allah, agar air tersalurkan dan terdistribusikan kepada seluruh makhluk-Nya secara merata”.
Diakhir khutbahnya, Khotib menandaskan, “Wahai hamba-hamba Allah, mendekatlah kepada Allah, dengan berdo’a dan memohon dengan ibadah dan taqwa, datanglah kepada-Nya dengan memohon ampun, datanglah kepada-Nya, seraya meminta dan menyerahkan ketidakberdayaan, karena Dia pemilik mutlak segala Karunia, yang menjawab segala permintaan dan akan memberikan apapun yang diminta oleh hamba-hambaNya yang memberi pahala karena berdo’a kepada-Nya, yang menghidupkan tanah mati karena kemarau panjang, yang menyudahi kegersangan itu, yang mengalirkan air dan menurunkan hujan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan kehidupan, sebagai rahmat dan kasih sayang, yang menjadikan air sebagai mukzijat kehidupan”, tutupnya.
Dalam pelaksanaannya dilaksanakan pula pemindahan letak sorban, selendang atau sejenisnya oleh para jema’ah dari bahu kanan ke kiri atau sebaliknya sebagai bentuk permohonan semoga setelah kemarau segera diturunkan hujan.
(Hen/**)